![]() |
Peta Indonesia (istimewa) |
FAKTAPAGI.COM. Disclaimer dulu untuk netizen. Nanti jangan bilang, "Korupsi yang patut dibanggakan." Awas ya, tak ajak ngopi ente di warkop reot saya. Kalau ada yang nelangsa, tentu ada dong yang patut dibanggakan dari negeri tercinta ini. Kita harus fair. Simak narasinya dengan kopi sedikit gula aren, wak!
Bangsa ini sudah terlalu sering menuliskan sajak nelangsa. Mulai dari jalan berlubang yang lebih dalam dari filsafat Nietzsche, sampai politik yang lebih berliku dari labirin Daedalus. Namun, mari kita berbalik sebentar, apa sebenarnya yang membuat negeri ini pantas berdiri dengan dada menonjol, perut buncit, dan mulut berseru, “Aku Bangga!”
Pertama, jangan sepelekan mie instan. Indomie bukan sekadar produk, ia adalah ideologi, semacam agama yang disembah di Afrika, Timur Tengah, bahkan Eropa. Anak-anak Nigeria tumbuh dengan slogan, “Mama, Indomie, everyday!” Bayangkan, di saat bangsa lain bangga karena punya roket menembus Mars, kita cukup menggulung bumbu bubuk dan minyak sayur, lalu menguasai perut jutaan umat manusia. Inilah kolonialisme rasa, imperialisme gurih, yang membuat dunia tertekuk di bawah kuasa MSG Nusantara.
Lalu ada batik. Ah, batik bukan hanya kain, ia adalah kitab kosmologi yang dijahit benang demi benang. Unesco sudah mengakuinya sebagai warisan dunia, tapi lebih penting lagi, batik adalah jawaban atas pertanyaan eksistensial, “Siapakah aku?” Kalau bangsa Barat sibuk dengan jas hitam dan dasi, kita hadir dengan parang, kawung, corak ingsang, dan mega mendung. Bukankah indah ketika filsafat hidup bisa dipakai di tubuh, bukan sekadar dibaca di perpustakaan?
Masih ragu? Mari kita lihat startup digital. Gojek lahir bukan hanya untuk mengantar manusia, tapi juga untuk mengantar takdir. Dari sekadar ojek pangkalan, ia menjelma unicorn, binatang mitologis yang bahkan kuda Pegasus pun iri padanya. Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak adalah saksi bahwa bangsa ini tidak hanya pandai menjual rempah, tapi juga menjual algoritma. Siapa sangka anak-anak kost dengan modal mie instan dan wifi curian bisa melahirkan raksasa teknologi Asia Tenggara?
Namun, kebanggaan tak berhenti di dunia maya. Di dunia nyata, PT Pindad menciptakan panser Anoa dan senapan SS-2. Bayangkan, sebuah bangsa yang dulu dijajah Belanda, kini menjual senjata ke luar negeri. Senegal, Filipina, bahkan Korea Selatan membeli pesawat CN-235 karya PT Dirgantara Indonesia. Ini bukan sekadar ekspor barang, ini ekspor gengsi. Setiap baut dan sekrup pesawat itu adalah deklarasi, “Kami bisa, kami tak hanya pandai bikin tempe, tapi juga bikin burung besi yang bisa terbang di langit kalian!”
Sementara itu, di lautan seni dan budaya, film kita menembus festival internasional. Kucumbu Tubuh Indahku dan Yuni bukan hanya judul film, melainkan mantra yang menghipnotis juri-juri bule. Musik kita, dari indie seperti Efek Rumah Kaca sampai diva diaspora seperti Niki, memaksa dunia mendengar suara yang lahir dari tropis lembab, bukan hanya dari gurun Sahara atau studio Los Angeles. Bahkan gim DreadOut bikin gamer mancanegara kencing di celana gara-gara hantu SMA kita lebih menakutkan daripada zombie Hollywood.
Jangan lupakan kopi. Ah, kopi Gayo, Toraja, Kintamani. Secangkirnya bisa membangunkan bukan hanya kantuk, tapi juga kesadaran spiritual. Barat boleh punya Starbucks, tapi biji kopi mereka banyak berasal dari tanah kita. Ironi yang manis, dunia minum, kita tersenyum.
S, wahai bangsa yang sering menangis karena jalan macet dan pejabat pemulak, sadarilah, kita punya alasan untuk bangga. Dari Indomie sampai panser, dari batik sampai startup, dari kopi sampai gim horor. Ini bukan kebanggaan main-main. Ini adalah orkestra absurd, epik, dan dramatis, di mana kita menari di panggung dunia sambil berkata, “Kami bangsa dengan MSG, motif parang, dan panser Anoa. Apa kabar, dunia?”
"Bang, Timnas sepakbola tak masuk ya?"
"Maaf lupa, wak. Timnas adalah kebanggaan kita. Dua langkah lagi bisa ke Pildun. Malam esok si bontot Timnas akan melawan Mali. Kalau menang, itu hadiah untuk HUT RI ke-80." #camanewak Rosadi Jamani Ketua Satupena Kalbar.